Hadirnya Islam merupakan dampak positif dari ramainya transaksi dagang di Selat Malaka.
Ada
sekitar 240 juta Muslim tinggal di Asia Tenggara. Jumlah tersebut
hampir seperempat dari total jumlah umat Islam di dunia yang mencapai
1,6 miliar jiwa.
Indonesia, sebagai bagian dari Asia Tenggara,
bahkan merupakan negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia. Sebanyak
12,9 persen dari total Muslim dunia hidup di Indonesia.
Meski Islam lahir di tanah Arab, namun jumlah Muslimin didominasi masyarakat Asia, terutama Asia Selatan dan Tengggara.
Tak
sedikit negara Asia Tenggara menjadi rumah bagi mayoritas Muslim.
Bahkan, Malaysia dan Brunei Darussalam menjadikan Islam sebagai agama
resmi negara.
Dibanding saudara-saudara seiman mereka di Timur
Tengah, umat Islam di Asia Tenggara hidup lebih aman dan damai. Konflik
agama, aksi kekerasan, ataupun peperangan sangat minim.
Meski
berasal dari etnik yang heterogen, Muslim Asia Tenggara sebagian besar
menganut paham agama yang sama, yakni Sunni dengan mazhab Syafi’i.
Menilik
sejarahnya, Malaka merupakan gerbang utama masuknya Islam ke Asia
Tenggara. Dari semenanjung Malaka, Islam bersentuhan dengan bangsa
Melayu yang kemudian menyebar ke seluruh kawasan Asia Tenggara.
Dalam
versi lain disebutkan, Islam lebih dahulu dikenal di Samudra Pasai,
Aceh, sebelum sampai ke Malaka. Keberadaan Islam di Samudra Pasai
sendiri merupakan dampak perkembangan penyebaran Islam dari Kerajaan
Perlak.
Prof A Hasymi dalam bukunya “Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Indonesia” menyatakan, Kerajaan Perlak merupakan
kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berdiri abad ketiga Hijriah.
“Buktinya,
pada 173 Hijriah atau 800 Masehi, sebuah kapal layar berlabuh di Bandar
Perlak membawa para saudagar di bawah pimpinan Nakhuda Khalifah dari
Teluk Kambay, Gujarat,” tulis Hasymi.
Pada 1 Muharam 225 Hijriah
(840 Masehi), Kerajaan Islam Perlak resmi berdiri dengan Sayid Abdul
Aziz sebagai sultan pertama. Adapun, Kerajaan Samudera Pasai baru
berdiri pada 1267 Masehi.
Bermula dari Kerajaan Perlak, penyebaran Islam mengalami perkembangan pesat, termasuk di Malaka.
Sejumlah
kerajaan Islam, seperti Kerajaan Pasai, Aceh, hingga Sumatra Utara,
Sumatra Selatan, dan Pariaman menerima Islam dari proses perkembangan
tersebut.
Agama Islam pun mulai dikenal di kawasan Melayu melalui para raja di sekitar kawasan itu, dengan Malaka sebagai titik awalnya.
StrategisMalaka
merupakan selat yang sangat strategis dalam sejarah perdagangan dunia.
Beragam transaksi jual-beli dari berbagai belahan dunia dilakukan di
kawasan perairan ini. Kerajaan-kerajaan yang berada di dekat kawasan
strategis itu pun memetik banyak keuntungan.
Selain keuntungan
dari sisi ekonomi, mengenal Islam juga merupakan salah satu dampak
positif dari ramainya hubungan dagang dengan para saudagar mancanegara.
Tak
jelas tahun berapa Islam mulai dikenal di Kerajaan Malaka. Menurut
hikayat Sejarah Melayu dan catatan orang Cina, pada 1409 orang Malaka
telah memeluk agama Islam.
Beberapa sumber sejarah juga
menyebut, Islamnya Malaka berangkat dari Kerajaan Samudra Pasai.
Disebutkan bahwa Parameswara, raja pertama Kerajaan Malaka (1384-1414),
beristrikan putri dari Kerajaan Pasai.
Setelah menjalin hubungan
dengan Pasai, Parameswara memeluk agama Islam. Dengan berislamnya sang
sultan, maka diislamkanlah seluruh kerajaan dan rakyatnya. Islam pun
menjadi agama resmi Kerajaan Malaka.
Dalam Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam disebutkan bahwa para pedagang, mubaligh, serta guru sufi
kemudian datang berbondong-bondong dari Timur Tengah ke bandar Kerajaan
Malaka dan Pasai.
Dari dua kerajaan tersebut, tersebarlah ajaran
Islam ke Pattani (Thailand) serta kawasan semenanjung, seperti Johor,
Pahang, dan Perak.
Runtuhnya Malaka bukan berarti lenyapnya Islam di tanah Melayu.
Keruntuhan tersebut justru mendorong penyebaran Islam yang lebih luas.
Disebutkan
bahwa seluruh kawasan Malaya kemudian mengenal Islam sejak Sultan
Mudzaffar Syah memimpin kerajaan serta berhasil menguasai semenanjung
Malaya dan pesisir timur Sumatra.
Penyebaran Islam makin meluas
ketika sultan berikutnya, Sultan Mansur Syah, naik takhta. Ia berhasil
menguasai Kedah, Pahang, Kampar, bahkan Siak.
Kawasan Indragiri
dan Jambi pun didapatkan Malaka atas hadiah dari Kerajaan Majapahit.
Pada periode dua sultan itulah Kerajaan Malaka mengalami puncak
kejayaan.
Hingga pada 1511 Portugis menyerang Kerajaan Malaka.
Raja Malaka saat itu, Sultan Mahmud Shah I, pun mundur dan bertahan
dengan memimpin kawasan Bentan. Saat itu, kerajaan masih meliputi Kuala
Muar, Pagoh (Johor), Beruas (Kuala Selangor), Lingga, dan Indragiri.
Namun,
Portugis terus saja menyerang, Bintan pun jatuh ke tangan Portugis pada
1526. Lalu, Sultan mundur ke Kampar dan wafat di sana. Kesultanan
Malaka yang besar pun runtuh akibat kolonialisasi.
Islam Kian MeluasRuntuhnya
Malaka bukan berarti lenyapnya Islam di tanah Melayu. Keruntuhan
tersebut justru mendorong penyebaran Islam yang lebih luas.
Dari
internal kerajaan, para keturunan Sultan Mahmud Shah masih terus
berjuang mempertahankan diri hingga kemudian tersebar ke beberapa
wilayah. Riau, Lingga, Johor, dan Pahang menjadi empat negeri utama
kelanjutan sejarah kerajaan Islam Melayu.
Bermula dari Kerajaan Johor yang dibentuk pada 1673 oleh Sultan Ibrahim Syah dengan bantuan Laksamana Tun Abdul Jamil.
Selain
dari internal kerajaan yang menghimpun kembali kekuatan untuk
mendirikan kesultanan baru, para pedagang pun mencari tempat berlabuh
untuk transaksi perdagangan. Mereka terpaksa beralih dari Pelabuhan
Malaka yang telah direbut dan didominasi Eropa.
Para pedagang Muslim tersebut kemudian mulai melirik pulau-pulau besar di Indonesia, seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa.
Sumber :
www.republika.co.id