Bagi para penikmat seni tari, Saman menjadi salah
satu primadona dalam pertunjukan. Dalam setiap penampilannya, selain
menyedot perhatian yang besar juga menyedot para penikmat seni tari.
Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya
menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti
gerak badan, kepala dan posisi badan. Keunikan lainnya terlihat dari
posisi duduk para penari dan goyangan badan yang dihentakkan ke kiri
atau ke kanan, ketika syair-syair dilagukan.
Tari ini biasanya dimainkan oleh belasan atau puluhan
laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan
selanjutnya, tarian ini dimainkan pula oleh kaum perempuan atau campuran
antara laki-laki dan perempuan. Dan tentunya dengan modifikasi gerak
lainnya. Saya kadang bertanya bagaimana orang sebanyak itu bisa dengan
serentak memainkan tarian yang memiliki kecepatan tinggi? Selain latihan
tentunya, pasti ada formasi tertentu dalam meletakkan tiap-tiap penari
itu sehingga kerapatan dan keseimbangan tarian terlihat harmonis dan
dinamis.
Hampir semua tarian Aceh dilakukan beramai-ramai. Ini
memerlukan kerjasama dan saling percaya antara syeikh (pemimpin dalam
tarian) dengan para penarinya. Namun apa saja unsur yang membuat tarian
ini menjadi begitu indah dalam gerak, irama dan kekompakan tidak banyak
kita mengetahuinya.
Sekarang mari kita mulai
mengupas unsur pendukung dalam tari saman ini. Mungkin saat kita
mengetahui segala aspek yang terdapat dalam tarian ini, kita dapat lebih
memahami. Dan mendapatkan tidak hanya keindahan namun juga makna
filosofi dari posisi, gerak, syair yang terlantun saat pertunjukan Saman
di gelar.
Dalam penampilan yang biasa saja (bukan pertandingan)
dimana adanya keterbatasan waktu, Saman bisa saja dimainkan oleh 10 –
12 penari, akan tetapi keutuhan Saman setidaknya didukung 15 – 17
penari. Yang mempunyai fungsi sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
- Nomor 9 disebut Pengangkat
Pengangkat adalah tokoh utama (sejenis syekh dalam seudati) titik sentral dalam Saman, yang menentukan gerak tari, level tari, syair-syair yang dikumandangkan maupun syair-syair sebagai balasan terhadap serangan lawan main (Saman Jalu / pertandingan) - Nomor 8 dan 10 disebut Pengapit
Pengapit adalah tokoh pembantu pengangkat baik gerak tari maupun nyanyian/ vokal - Nomor 2-7 dan 11-16 disebut Penyepit
Penyepit adalah penari biasa yang mendukung tari atau gerak tari yang diarahkan pengangkat. Selain sebagai penari juga berperan menyepit (menghimpit). Sehingga kerapatan antara penari terjaga, sehingga penari menyatu tanpa antara dalam posisi banjar/ bershaf (horizontal) untuk keutuhan dan keserempakan gerak. - Nomor 1 dan 17 disebut Penupang
Penupang adalah penari yang paling ujung kanan-kiri dari barisan penari yang duduk berbanjar. Penupang selain berperan sebagai bagian dari pendukung tari juga berperan menupang/ menahan keutuhan posisi tari agar tetap rapat dan lurus. Sehingga penupang disebut penamat kerpe jejerun (pemegang rumput jejerun). Seakan-akan bertahan memperkokoh kedudukan dengan memgang rumput jejerun (jejerun sejenis rumput yang akarnya kuat dan terhujam dalam, sukar di cabut.
Tari saman ditarikan dalam posisi duduk. Termasuk dalam jenis kesenian ratoh duk
(tari duduk). Yang kelahirannya erat berkaitan dengan masuk dan
berkembangnya agama islam. Dimana posisi penari duduk berlutut, berat
badan tertekan kepada kedua telapak kaki. Pola ruang pada tari saman
juga terbatas pada level, yakni ketinggian posisi badan. Dari posisi
duduk berlutut berubah ke posisi diatas lutut (Gayo – berlembuku) yang merupakan level paling tinggi, sedang level yang paling rendah adalah apabila penari membungkuk badan kedepan sampai 45o (tungkuk) atau miring kebelakang sampai 60o (langat). Terkadang saat melakukan gerakan tersebut disertai gerakan miring ke kanan atau ke kiri yang disebut singkeh. Ada pula gerak badan dalam posisi duduk melenggang ke kanan-depan atau kiri-belakang (lingang).
Selain posisi duduk dan gerak badan, gerak tangan
sangat dominan dalam tari saman. Karena dia berfungsi sebagai gerak
sekaligus musik. Ada yang disebut cerkop yaitu kedua tangan berhimpit dan searah. Ada juga cilok, yaitu gerak ujung jari telunjuk seakan mengambil sesuatu benda ringan seperti garam. Dan tepok
yang dilakukan dalam berbagai posisi (horizontal/ bolak-balik/ seperti
baling-baling). Gerakan kepala seperti mengangguk dalam tempo lamban
sampai cepat (anguk) dan kepala berputar seperti baling-baling (girek)
juga merupakan ragam gerak saman. Kesenyawaan semua unsur inilah yang
menambah keindahan dan keharmonisan dalam gerak tari saman.
Karena tari saman di mainkan tanpa alat musik, maka
sebagai pengiringnya di gunakan tangan dan badan. Ada beberapa cara
untuk mendapatkan bunyi-bunyian tersebut:
- Tepukan kedua belah tangan. Ini biasanya bertempo sedang sampai cepat
- Pukulan kedua telapak tangan ke dada. Biasanya bertempo cepat
- Tepukan sebelah telapak tangan ke dada. Umunya bertempo sedang
- Gesekan ibu jari dengan jari tengah tangan (kertip). Umunya bertempo sedang.
Dan nyanyian para penari menambah kedinamisan dari
tarian saman. Dimana cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi
dalam 5 macam :
- Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
- Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
- Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
- Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak
- Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.
Dalam setiap pertunjukan semuanya itu di sinergikan
sehingga mengahasilkan suatu gerak tarian yang mengagumkan. Jadi
kekuatan tari Saman tidak hanya terletak pada syairnya saja namun gerak
yang kompak menjadi nilai lebih dalam tarian. Ini boleh terwujud dari
kepatuhan para penarinya dalam memainkan perannya masing-masing.
Itulah sekelumit tentang fungsi formasi, jenis gerak, asal musik
pengiring serta nyanyian dalam pertunjukan tari Saman. Semoga bermanfaat
bagi anda dalam memahami tarian Saman.Sedikit Sejarah Tari Saman
Tari ini berasal dari dataran tinggi tanah Gayo. Di ciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman. Pada mulanya tarian ini hanya merupakan permainan rakyat biasa yang disebut Pok Ane. Melihat minat yang besar masyarakat Aceh pada kesenian ini maka oleh Syekh disisipilah dengan syair-syair yang berisi Puji-pujian kepada Allah SWT. Sehingga Saman menjadi media dakwah saat itu. Dahulu latihan Saman dilakukan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau, saat itu bangunan aceh masih bangunan panggung). Sehingga mereka tidak akan ketinggalan untuk shalat berjamaah. Sejalan kondisi Aceh dalam peperangan maka syekh menambahkan syair-syair yang manambah semangat juang rakyat Aceh. Tari ini terus berkembang sesuai kebutuhannya. Sampai sekarang tari ini lebih sering di tampilkan dalam perayaan-perayaan keagamaan dan kenegaraan. Tarian ini pada awalnya kurang mendapat perhatian karena keterbatasan komunikasi dan informasi dari dunia luar. Tari ini mulai mengguncang panggung saat penampilannya pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II dan peresmian pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Gemuruh Saman di TMII menggemparkan tidak hanya nusantara namun sampai ke manca negara. Saya sebagai anak negeri ini berharap semoga tari Saman bisa terus menggema.