Dalam menjalin sebuah hubungan ada tiga pilar penting yang harus ditanamkan setiap pasangan yaitu percaya, keterbukaan, dan kejujuran. Tiga pilar tersebut menjadi pilar yang sangat penting bagi keberlangsungan sebuah hubungan. Kepercayaan akan apa yang dilakukan pasangan amatlah perlu untuk terciptanya suasana hubungan yang harmonis dan jauh dari prasangka buruk yang belum tentu kebenarannya. Kemudian sikap keterbukaan antar pasangan perlu dan mutlak diperlukan. Dengan sikap keterbukaan maka kita dan pasangan kita tau apa problem atau masalah yang kita dan pasangan kita alami, apa kekurangan kita, dan lain sebagainya. Dan yang terakhir adalah sikap kejujuran yang nampaknya gampang dalam sebuah hubungan, namun dalam sebuah hubungan sulit untuk dilakukan.
Tiga pilar yang saya sebutkan diatas sebenarnya yang menurut saya paling penting adalah kejujuran. Bagaimana sebuah hubungan bisa memiliki kepercayaan dan keterbukaan bila pasangan atau malah kita sendiri tidak bisa jujur dalam hubungan kita? Menurut orang tua saya, kejujuran adalah modal utama dalam hidup. Bila kita tengok masalah kejujuran dari segi hubungan pacaran atau suami-istri kita akan melihat betapa mahalnya harga untuk sebuah kejujuran.
Bila saya bertanya, apakah anda sudah jujur dalam memulai hubungan dengan pasangan anda? Jika jawaban anda iya, apakah anda sebelum memutuskan untuk berhubungan dengan pasangan anda, anda mencari tau keburukan dan dari keburukan itu apakah anda menerima pasangan anda? Bukan bermaksud menjadi pakar cinta disini, namun saya mencoba kembali memutar opini di dalam otak anda mengenai awal mula anda berhubungan dengan pasangan anda. Banyak kasus yang masuk ke dapur kasus psikologi mengenai percintaan saya tentang pasangan yang putus karena di tengah jalan ada keburukan dari pasangan yang sebelumnya tidak diketahui. Kalau masih dalam status hubungan pacaran mungkin tidak akan banyak menimbulkan masalah, bila sudah memasuki jenjang pernikahan? Tentu ini akan menjadi lebih rumit dari yang kita lihat.
Ada sebuah kalimat yang saya sukai “Hubungan yang dimulai dengan kebohongan akan berahir dengan menyakitkan”. Kalimat tersebut sebenarnya sudah mengajarkan kepada kita bahwa bohong itu tidak baik dalam sebuah hubungan. Bohong untuk kebaikan tidak berlaku dalam urusan percintaan. Kejujuran jauh lebih baik meskipun itu sakit dan membuat orang yang kita cintai pergi dari kita.
Cinta itu menerima kekurangan bukan kelebihan dari pasangan, serta cinta merupakan perekat yang merekatkan dua keluarga yang berbeda sehingga tidak boleh ada kemunafikan dan kebohongan didalamnya. Apapun kekurangan dan kelebihan dari pasangan dan keluarganya harus kita dan keluarga kita terima. Tidak boleh kita saja yang menerima kekurangan pasangan kita, tapi keluarga harus juga menerima kekurangan pasangan kita. Dalam ajaran agama Islam dan ajaran adat-adat yang berkembang di Indonesia dikenal adanya pertemuan keluarga sebelum diadakannya pernikahan guna nantinya kedua keluarga tersebut tidak pernah menyesal dan mengeluh mengenai kekurangan dari pasangan yang akan menikah.