Perjalanan dari Balohan ke kota Sabang melalui jalan yang agak berliku dan penuh dengan tanjakan dan turunan. Di daerah Mata Ie, tanjakan sudah lebar dan di Cot Ba’u ada turunan tajam yang sudah dialihkan jadi sudah agak landai. Dibeberapa tempat masih cukup curam. Kanan kiri jalan relatif sepi dari rumah penduduk, karena kiri jalan relatif curam sedangkan kanan jalan sebagian adalah tebing. Jalan ini rupanya ada tepat di daerah fault/patahan . Memasuki kota Sabang, yang berada di bagian Utara Pulau Weh, keramaian langsung terasa.
Ingat Sabang, ingat Merauke, setidaknya itu adalah rangkaian kata dalam lagu Dari Sabang sampai Merauke , hasil karya R. Surarjo, yang sudah huapal banget sejak SD. Rangkaian kata ini juga masih marak dalam pidato, pengantar laporan, juga iklan-iklan.
Pulau Weh, pulau serba ada. Mau gunung api? Ada yang masih ngebul, bisa ditemui di daerah Jaboi. Mau Danau, ada juga, namanya Danau Aneuk Laot, yang merupakan salah satu sumber utama air tawar kota Sabang. Mau keindahan pantai ? juga banyak.
Kunjungan ke pantai bisa dimulai dari kota Sabang ke arah Timur kemudian sisir ke Selatan. Ada Pantai Kasih (sayang sekali terkena dampak yang cukup parah dari Tsunami Desember 2004), ada Pantai Tapak Gajah dan Pantai Sumur Tiga dengan pasir putih nya. 3 kilometer ke Selatan ada Pantai Ujung Kareung, tempat mancing yang ideal, ikan buanyak dalam jarak 25 meter dari pantai dan dengan kejernihan airnya… Jauh ke Selatan lagi, ada pantai Anoi Itam, pasir disini telihat berwarna hitam. Sebelum sampai Anoi Itam, ada benteng Buvark di Ujong Meutigo. Benteng ini di pinggir pantai dan cukup tinggi dari permukaan laut, menghadap ke Timur. Masih ada meriam yang tertinggal. Pemandangan dari ketinggian ini sangat indah. Air laut yang jernih menyibak keindahan bebatuan didasarnya…
Dari Kilometer Nol ke Laut
Konon kisahnya dahulu kala, Pulau Weh itu sebenarnya bersatu dengan Pulau Sumatera. Namun dalam sebuah gempa bumi dahsyat, keduanya terpisah seperti kondisi sekarang yang berjarak 18 mil! Akibat gempa itu lagi, Pulau Weh menjadi tandus dan gersang.
Lalu ada seorang putri jelita di Pulau Weh yang meminta pada Tuhan agar Pulau Weh tidak gersang. Ia lalu membuang seluruh perhiasannya ke laut sebagai "kaulnya". Kemudian hujan pun turun, disusul gempa bumi. Akhirnya terbentuklah sebuah danau yang kemudian diberi nama Aneuk Laot di tengah-tengah pulau itu. Putri itu sendiri kemudian terjun ke laut.
Tak usah dipermasalahkan benar-tidaknya, sebab namanya saja legenda. Tetapi yang pasti Danau Aneuk Laot seluas 30 hektar itu masih ada hingga sekarang. Dengan kapasitas air 7 juta ton, danau itu menjadi sumber air minum utama penduduk Sabang. Sementara sumber cadangan air datang dari empat danau lagi, Danau Paya Seunara, Paya Karieng, Paya Peuteupen dan Paya Seumesi.
Halnya laut lokasi terjun dan tempat buangan perhiasan dan Sang Putri di sekitar Pantai Iboih dekat Pulau Rubiah, menjadi taman laut yang indah dengan hiasan utama terumbu karang dan ikan warna-warni. Keindahan itu jadi alasan utama kedatangan putri-putri jelita modern dari Jepang, Eropa dan Amerika. Sajian tubuh setengah telanjang mereka di tepian pantai, lantas menjadi alasan kedua bagi kedatangan turis domestik.
Begitulah, Sabang menjadi sebuah tujuan wisata dengan beragam keindahan. Banyak orang lantas memperbandingkannya dengan Bali, Bunaken dan Pantai Senggigi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pengandaian itu tidak terlalu berlebihan. Sabang memiliki sejumlah objek wisata mengagumkan dan layak dinyatakan: Sabang, the new terminology of paradise.
Objek wisata itu berjejer rata mulai dari Tugu Kilometer Nol (KM-0) Indonesia hingga ke kawasan Pantai Iboih, Pantai Gapang, Pantai Kasih, Pantai Pasir Putih, Pantai Sumur Tiga, Pantai Anontam, Pantai Tapak Gajah atau Pantai Lhung Angen. Bisa juga mendatangi Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Rondo dan Pulau Seulako. Menyaksikan alam bawah laut menjadi kenangan tersendiri. Nuansa sedikit berbeda terdapat di gua, Air Terjun Pria Laot dan Benteng Jepang. Tinggal pilih.